Madu merupakan cairan alami yang enak dan manis. Madu juga dinilai
sebagai “makanan istimewa” untuk kebugaran tubuh. Bahkan, mampu menjaga
lestarinya kemampuan seksual seseorang. Menurut sumber kepustakaan,
setiap 1.000 g madu bernilai 3.280 kalori. Nilai kalori 1 kg madu sama
dengan 50 butir telur atau 5, 575 l susu, atau 1, 680 kg daging.
Sejak ribuan tahun lalu, madu sudah dikenal sebagai sumber pakan
berkhasiat. Khasiat madu amat berkaitan dengan kandungan gulanya yang
tinggi. Yakni fruktosa 41%, glukosa 35%, dan sukrosa 1, 9%. Serta unsur
kandungan lainnya, seperti tepung sari ditambah berbagai enzim
pencernaan. Lalu ada vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, antibiotika,
dan lainnya.
Meski sama manisnya, perlakuan tubuh manusia terhadap madu yang
manis itu berbeda dibandingkan dengan gula atau gula pasir. Madu dapat
diproses langsung menjadi glukogen, sedangkan gula harus diproses
terlebih dulu oleh enzim pencernaan di usus. Dengan demikian tubuh
manusia bisa lebih cepat merasakan manfaat madu dibandingkan dengan
gula pasir. Dari beberapa hal itu, rasanya bisa disimpulkan kalau madu
bisa memberikan manfaat sangat penting dalam kehidupan manusia. Jadi,
sebenarnya madu aman untuk penderita kencing manis, asal madunya murni
dan bukan oplosa.
Semua jenis madu bagus. Madu hitam, biasanya berasal dari nektar
atau saribunga pohon mahoni. Madu hitam juga bisa menurunkan kadar gula
dan menambah nafsu makan bagi anak-anak yang sulit makan. Namun, madu
hitam ini rasanya pahit dibanding dengan madu warna lainnya.
Amankah Madu untuk Penderita Diabetes
Diabetes atau kencing manis adalah penyakit yang ditandai oleh
kadar gula darah yang tinggi melebihi batas-batas normal. Penyakit ini
disebabkan oleh kurangnya kadar insulin dalam darah, atau karena tubuh
tidak dapat memakai insulin dengan baik. Insulin adalah hormon yang
dihasilkan oleh tubuh dan mempunyai fungsi penting dalam metabolisme
glukosa.
Dalam bentuk murni, berbagai jenis gula tersebut memiliki nama
masing-masing, seperti fruktosa (gula buah), galaktosa, glukosa,
laktosa (gula susu), maltosa, ribosa, serta gula alkohol, seperti
sorbitol dan xilitol. Di samping itu, bila dilihat dari sumbernya, maka
gula bisa dibedakan, yakni madu, sirup jagung dan molase. Molase
merupakan sirup kental, lazimnya berwarna cokelat gelap yang dihasilkan
selama penyaringan gula.
Semua gula pada dasarnya sama. Tak terdapat satu pun yang memberikan
keuntungan gizi signifikan melebihi yang lain, kecuali madu dan molase
yang mayoritas gulanya sudah dihilangkan/dike luarkan. Molase kaya
akan zat besi, sedangkan madu sarat flavonoid, zat fitokimia yang
berperan sebagai antioksidan.
Sukrosa adalah gula utama dalam buah, seperti dalam buah blewah,
jeruk, kismis, mangga, melon, nanas, pisang, dan semangka. Bonus
kesehatan yang berasal dari makan buah terletak pada kandungan vitamin,
mineral, serat, dan flavonoidnya, bukan pada jenis gula yang dikandung
oleh buah.
Ada perbedaan tingkat kemanisan gula. Fruktosa lebih manis daripada
jenis-jenis gula lain (hampir dua kali kemanisan sukrosa) sehingga
diperlukan sedikit saja untuk membuat makanan terasa manis.
Tubuh membutuhkan gula. Glukosa, yang merupakan gula utama dalam
darah dan bahan bakar dasar bagi tubuh, esensial untuk berfungsinya
seluruh sel, terutama sel-sel otak.
Namun, kita tidak perlu makan gula untuk memasok glukosa. Yang
dibutuhkan tubuh adalah karbohidrat kompleks, juga dikenal sebagai zat
pati, yang ditemukan pada makanan-makanan yang berasal dari padi,
sayuran, dan buah. Pada beberapa keadaan, glukosa dapat diproduksi dari
pemecahan protein atau lemak.
Ketika mengonsumsi makanan yang mengandung gula, makanan itu dipecah
tubuh menjadi bentuk gula yang paling sederhana, kecuali gula dalam
makanan tersebut telah berbentuk sangat sederhana.
Misalnya, selama pencernaan, sukrosa dipecah menjadi glukosa dan
fruktosa, yang memasuki aliran darah melalui dinding-dinding usus halus
serta melintasi sel-sel tubuh dan hati. Dengan bantuan insulin, yakni
hormon pengatur kadar glukosa, sel-sel menyerap glukosa dan
menggunakannya sebagai energi.
Glukosa disimpan di hati dan otot dalam bentuk glikogen. Glikogen di
hati sewaktu-waktu dapat diubah kembali menjadi glukosa pada saat
energi diperlukan. Sebagian besar fruktosa diubah pula menjadi glukosa
oleh hati. Hati pun dapat mengubah gula menjadi asam-asam
amino-balok-balok pembangun protein. Kelebihan gula, sebagaimana halnya
energi ekstra lainnya, diubah menjadi lemak dan disimpan di dalam
tubuh.
Sel memerlukan insulin agar gula yang ada di dalam darah dapat masuk
ke dalam sel dan dipakai sebagai sumber energi. Bila jumlah insulin
kurang, tentu saja gula tidak dapat diserap ke dalam sel dan tetap
beredar di dalam darah. Akibatnya kadar gula darah menjadi tinggi.
Penderita yang mengalami keadaan ini disebut sebagai penderita DM tipe
I.
Ada keadaan lain di mana jumlah insulin sebenarnya cukup, atau
berkurang sedikit, tapi sel-sel tubuh tidak dapat memanfaatkannya
secara baik. Keadaan ini disebut resistensi insulin. Penderita yang
mengalami resistensi insulin dan atau defisiensi insulin relatif
disebut sebagai penderita DM tipe II
Jadi, penyebabnya bukan karena kelebihan konsumsi gula. Gula memang
amat berbahaya bagi pengidap diabetes. Mereka harus membatasi konsumsi
gulanya. Tetapi, gula tidak menyebabkan diabetes.
Tak ada alasan kuat untuk membatasi konsumsi gula secara ketat,
kecuali kalau Anda penderita diabetes atau orang yang sensitif terhadap
karbohidrat. Penderita diabetes pun masih diperbolehkan makan makanan
yang manis. Namun, menghindari konsumsi gula terlalu banyak tetap lebih
baik.
Gula secara alami dijumpai pula pada buah-buahan, sayur-sayuran, dan
produk susu. Idealnya, gula memberikan kontribusi tidak melebihi 15
persen dari total energi per hari. Kendati begitu, perlu diingat bahwa
sebagian besar makanan manis mengandung lemak dan energi yang tinggi,
tetapi zat gizinya relatif rendah.
Karena itu, ada baiknya melakukan pola makanan seimbang, yakni
rendah lemak dan tinggi karbohidrat, tak ada alasan menjauhi gula.
Dengan pola makan seimbang, Anda secara otomatis akan membatasi
konsumsi gula.
sumber: zaki al-Jufri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar