RumahCom - Rumah ibadah mudah
ditemukan di sekitar perumahan, bahkan menjadi salah satu fasilitas
yang ditawarkan pengembang dalam menjual perumahan. Beberapa pengembang
menyediakan tempat khusus bagi rumah ibadah, tetapi sebagian lagi
meletakkan rumah ibadah di tengah-tengah perumahan.
Lantas,
bagaimana pandangan ilmu feng shui melihat hubungan rumah ibadah dengan
rumah tinggal? Apakah baik jika sebuah rumah tinggal berdekatan dengan
rumah ibadah, atau justru sebaliknya?
Menurut Mas Dian,
mengacu pada ilmu feng shui, sebaiknya rumah tinggal jangan terlalu
dekat dengan rumah ibadah. Harus ada radius minimum tertentu.
Mengapa
demikian? Pasalnya, rumah ibadah merupakan tempat orang berdoa.
“Berdoa, dalam elemen feng shui masuk dalam energi yin, dingin, atau
negatif. Pengertian negatif di sini bukan berarti jelek, tetapi tidak
sesuai dengan elemen manusia yang bersifat yang atau positif,” kata
pakar feng shui asal Semarang ini, menjelaskan.
Energi Yin dan Semangat KerjaLebih
lanjut, Mas Dian menerangkan, rumah ibadah merupakan tempat
bersemayamnya dewa-dewa, roh-roh, atau malaikat-malaikat yang membawa
energi yin (dingin). Untuk manusia, energi yin tidak baik, karena manusia hidup memerlukan energi yang (panas).
“Jika
orang terpengaruh energi yin terlampau besar, biasanya semangat
kerjanya akan berkurang,” papar Mas Dian. “Bukan berarti tinggal dekat
dengan rumah ibadah tidak baik, tetapi buat orang yang masih memiliki
aktivitas kerja yang panjang akan terhambat, karena akan terjadi
penurunan emosi dan semangat.”
Selain itu, di rumah ibadah orang
berdoa dengan suara yang cukup keras, dengan bunyi-bunyian, dan
wewangian. Di sana juga terdapat gelombang-gelombang dari alam bawah
sadar atau gelombang-gelombang orang yang menjeritkan doa atau permintaan dari dalam hati. Gelombang-gelombang inilah yang akan membawa pengaruh bagi lingkungan di sekitarnya.
Rumah
ibadah yang kerap kosong, menurut Mas Dian, juga kerap membawa efek
kurang baik bagi lingkungan sekitarnya. Misalnya sebuah gereja yang
hanya penuh pada saat hari minggu, tetapi kosong pada waktu lain.
“Nah,
jika terjadi kekosongan di rumah ibadah tersebut, maka akan terjadi
masalah menurut feng shui. Pasalnya, di sana terjadi suatu kehampaan
yang akan menciptakan energi gelombang yang berpengaruh bagi lingkungan
sekitarnya, di antaranya adalah semangat kerja yang menurun.”
AntisipasiDengan
demikian, kata Mas Dian, harus ada jarak minimal antara rumah dengan
tempat ibadah, yakni sekitar 30 - 60 meter. Menurut ilmu feng shui,
rumah yang paling tidak bagus adalah yang berhadapan langsung dengan
rumah ibadah. Jika rumah beradapan langsung, pintu rumah bisa digeser menghadap samping. Sementara bila rumah berhadapan langsung dengan rumah ibadah perlu dipasang penahan atau buffer.
“Jika
ada taman di antara keduanya, sebaiknya rumah diisolasi dengan tanaman
bambu jepang, tetapi jika rumah terlalu mepet dengan rumah ibadah, tentu
akan repot untuk mengatasinya,” kata Mas Dian.
Bentuk AtapRumah ibadah bisa dilihat dari jenis atapnya, yang berbeda dari atap rumah tinggal. “Atap tajuk (atap tumpang) dan atap berbentuk kubah (dome)
paling bagus digunakan pada rumah ibadah,” ujar Mas Dian. Dia memberi
contoh, mesjid-mesjid tua yang banyak menggunakan atap tajuk, memiliki
energi spiritual yang sangat tinggi.
Atap berbentuk tajuk sangat
baik dipakai di rumah ibadah atau oleh mereka yang mendalami dunia
spiritual, seperti kyai atau pendeta; tetapi sebaliknya kurang baik
dipakai di rumah pedagang. “Jika bentuk atap ini (tajuk) dipakai untuk
rumah tinggal manusia yang masih aktif bekerja, maka akan muncul energi
negatif yang menurunkan semangat bekerja. Kalau semangat kerja menurun,
maka rezeki juga akan berkurang,” pungkasnya.
Anto Erawanantoerawan@rumah.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar