Jumat, 14 Juni 2013

Plus-Minus Tinggal Dekat Rumah Ibadah

RumahCom - Rumah ibadah mudah ditemukan di sekitar perumahan, bahkan menjadi salah satu fasilitas yang ditawarkan pengembang dalam menjual perumahan. Beberapa pengembang menyediakan tempat khusus bagi rumah ibadah, tetapi sebagian lagi meletakkan rumah ibadah di tengah-tengah perumahan.

Lantas, bagaimana pandangan ilmu feng shui melihat hubungan rumah ibadah dengan rumah tinggal? Apakah baik jika sebuah rumah tinggal berdekatan dengan rumah ibadah, atau justru sebaliknya?

Menurut Mas Dian, mengacu pada ilmu feng shui, sebaiknya rumah tinggal jangan terlalu dekat dengan rumah ibadah. Harus ada radius minimum tertentu.

Mengapa demikian? Pasalnya, rumah ibadah merupakan tempat orang berdoa. “Berdoa, dalam elemen feng shui masuk dalam energi yin, dingin, atau negatif. Pengertian negatif di sini bukan berarti jelek, tetapi tidak sesuai dengan elemen manusia yang bersifat yang atau positif,” kata pakar feng shui asal Semarang ini, menjelaskan.

Energi Yin dan Semangat KerjaLebih lanjut, Mas Dian menerangkan, rumah ibadah merupakan tempat bersemayamnya dewa-dewa, roh-roh, atau malaikat-malaikat yang membawa energi yin (dingin). Untuk manusia, energi yin tidak baik, karena manusia hidup memerlukan energi yang (panas).

“Jika orang terpengaruh energi yin terlampau besar, biasanya semangat kerjanya akan berkurang,” papar Mas Dian. “Bukan berarti tinggal dekat dengan rumah ibadah tidak baik, tetapi buat orang yang masih memiliki aktivitas kerja yang panjang akan terhambat, karena akan terjadi penurunan emosi dan semangat.”

Selain itu, di rumah ibadah orang berdoa dengan suara yang cukup keras, dengan bunyi-bunyian, dan wewangian. Di sana juga terdapat gelombang-gelombang dari alam bawah sadar atau gelombang-gelombang orang yang menjeritkan doa atau permintaan dari dalam hati. Gelombang-gelombang inilah yang akan membawa pengaruh bagi lingkungan di sekitarnya.

Rumah ibadah yang kerap kosong, menurut Mas Dian, juga kerap membawa efek kurang baik bagi lingkungan sekitarnya. Misalnya sebuah gereja yang hanya penuh pada saat hari minggu, tetapi kosong pada waktu lain.

“Nah, jika terjadi kekosongan di rumah ibadah tersebut, maka akan terjadi masalah menurut feng shui. Pasalnya, di sana terjadi suatu kehampaan yang akan menciptakan energi gelombang yang berpengaruh bagi lingkungan sekitarnya, di antaranya adalah semangat kerja yang menurun.”

AntisipasiDengan demikian, kata Mas Dian, harus ada jarak minimal antara rumah dengan tempat ibadah, yakni sekitar 30 - 60 meter. Menurut ilmu feng shui, rumah yang paling tidak bagus adalah yang berhadapan langsung dengan rumah ibadah. Jika rumah beradapan langsung, pintu rumah bisa digeser menghadap samping. Sementara bila rumah berhadapan langsung dengan rumah ibadah perlu dipasang penahan atau buffer.
“Jika ada taman di antara keduanya, sebaiknya rumah diisolasi dengan tanaman bambu jepang, tetapi jika rumah terlalu mepet dengan rumah ibadah, tentu akan repot untuk mengatasinya,” kata Mas Dian.

Bentuk AtapRumah ibadah bisa dilihat dari jenis atapnya, yang berbeda dari atap rumah tinggal. “Atap tajuk (atap tumpang) dan atap berbentuk kubah (dome) paling bagus digunakan pada rumah ibadah,” ujar Mas Dian. Dia memberi contoh, mesjid-mesjid tua yang banyak menggunakan atap tajuk, memiliki energi spiritual yang sangat tinggi.

Atap berbentuk tajuk sangat baik dipakai di rumah ibadah atau oleh mereka yang mendalami dunia spiritual, seperti kyai atau pendeta; tetapi sebaliknya kurang baik dipakai di rumah pedagang. “Jika bentuk atap ini (tajuk) dipakai untuk rumah tinggal manusia yang masih aktif bekerja, maka akan muncul energi negatif yang menurunkan semangat bekerja. Kalau semangat kerja menurun, maka rezeki juga akan berkurang,” pungkasnya.

Anto Erawanantoerawan@rumah.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar